Laman

Sabtu, 05 Mei 2012

Dampak Rencana Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) Bersubsidi Oleh Pemerintah


Dalam beberapa hari ini santer terdengar di berbagai media online maupun ofline, tentang rencana kenaikan BBM bersubsidi yang rencananya akan di naikkan oleh Pemerintah pada tanggal 1 April 2012 nanti. Nah sehubungan dengan hal tersebut banyak terjadi demo/unjuk rasa di beberapa wilayah ibukota yang ada di Indonesia.
Dampaknya sangat signifikan sekali terhadap 9 (sembilan) bahan pokok yang ada di pasaran saat ini, di lain sisi dampak kedepannya pun nantinya akan terasa di kala Pemilihan Umum dan Pemilukada di beberapa daerah yang ada di Indonesia. Kemungkinan besar bagi partai politik yang mendukung rencana kenaikan BBM tersebut akan mengalami penurunan simpatisan Partainya dalam jumlah besar dan pastinya akan menguntungkan Partai yang menolak kenaikan BBM tersebut.
Singkat kata kita lihat saja nanti pada Pemilihan Umum Gubernur DKI Jakarta dan pada Pemilukada di Kota lainnya serta pada Pemilihan Umum tahun 2014, kenapa demikian ? Karena masyarakat sekarang sudah pandai bahkan cerdas dan tak bisa di bohongi lagi. Jadi sudah sewajarnya jika anda sebagai pemain di dunia politik harus paham mensiasati hal tersebut.
Walaupun kenyataan bahwa masih ada masyarakat yang setuju akan kenaikan BBM tersebut, namun demikian tak berlaku bagi mereka yang secara terang-terangan menolak kenaikan BBM tersebut. Untuk hal tersebut memang sulit untuk di utarakan/dijelaskan, pastinya masing-masing masyarakat memiliki penghasilan yang berbeda-beda dalam kehidupannya. Akan tetapi dampak dari kenaikan BBM tersebut pasti berimbas pada kenaikan lainnya, seperti biaya hidup dalam keseharian bagi rakyat Indonesia.
Di sisi lain, kenaikan harga memaksa pedagang menekan keuntungan. Beberapa pedagang mengaku gara-gara harga bergerak naik, sejumlah konsumen mengurungkan niat belanja. Ada pula konsumen yang mengurangi jumlah belanja lantaran berpikir perlu menyadangkan uang untuk kebutuhan lain saat harga BBM ditetapkan naik. “Mau jual mahal mengikuti kenaikan harga ya tidak bisa, karena pembelinya tidak ada. Akhirnya, keuntungan yang dikurangi,”.
Sumber:
Laporan Wartawan Tribun Medan, Indra Gunawan Sipahutar
TRIBUNNEWS.COM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar