Laman

Minggu, 27 April 2014

Eksposur dan Akuntansi Valas


Transaksi Valas (Valuta asing) menyebabkan timbulnya aksposur valas, yang disebabkan karena terjadinya perubahan kurs. Eksposur valas yaitu aksposur transaksi, eksposur translasi, dan eksposur ekonomi, mempunyai substansi ekonomi yang harus diplaporkan pada laporan keuangan.
1.  Pasar Valas dan Kurs Pasar valas merupakan mekanisme melalui yang mana valuta suatu negara ditukarkan dengan valuta negara lain, kurs antar valuta ditetapkan, dan transaksi antar valas diselesaikan. Dalam hubungannya dengan lokasi fisik, pasar valas bertebaran di seluruh dunia dan eksis jika individu-individu atau institusi-institusi saling bertukar valuta dari negara yang berbeda-beda. Dalam hubungannya dengan waktu eksekusi, transaksi valas dapat terjadi di Spot market dan forward market. Spot market meliputi pembelian dan penjualan valas yang sangat segera dilaksanakan. Untuk transaksi kecil di pasar retail, penyelesaiannya adalah segera, sedangkan untuk transaksi besar di wholesale market butuh waktu sampai dua hari bisnis. Dalam forward market, para partisipan mengadakan kontrak pada hari ini untuk penyerahan,/penerimaan valas pada waktu mendatang.
Perbedaan antara kurs sekarang( spote rate) dan kurs masa mendatang( forward rate) disebut premi (premium) jika kurs mendatang lebih mahal disbanding dengan kurs sekarang, dan disebut dikon (discount) jika sebaliknya. Sistem moneter dunia terbentuk dari banyak valuta nasional. Pada saat kurs mudah goyah (volatile), penting bagi para manajer untuk waspada terhadap resiko valas dan mengmbil langkah-langkah yang cukup untuk mengatasinya. Daya saing perusahaan terlibat dalam bisnis internasional dapat dipengaruhi oleh fluktuasi kurs.
2.     Eksposur Valas Eksposur valas merupakan sebuah ukuran terhadap potensi perubahan profitabilitas, arus kas, dan nilai pasar sebuah perusahaan yang disebabkan oleh perubahan kurs. Eksposur valas secara konvensional diklasifikasi menjadi 3 tipe:
·         Eksposur translasi atau eksposur akuntansi Merupakan potensi peningkatan atau penurunan nilai bersih perusahaan induk dan laba bersih yang dilaporkannya, yang disebabkan oleh fluktuasi kurs sejak tanggal laporan keuangan konsolidasian periode sebelumnya. Tujuan utama translasi adalah untuk menyusun laporan keuangan konsolidasian, translasi juga membantu dalam mengevaluasi kinerja semua perusahaan afiliasi dimanapun dengan mengubah angka-angka laporan ke dalam sebuah valuta umum ( yaitu valuta perusahaan induk).
·         Eksposure transaksi Berkaitan dengan sensitifitas arus kas kontraktual yang dinyatakan dala valas terhadap perubahan kurs yang diukur dalam valuta domestic perusahaan tersebut. Eksposur transaksi dapat timbul karena transaksi-transaksi berikut:
a.       Membeli atau menjual barang secara kredit
b.      Meminjam atau meminjamkan dana dalam valas
c.       Terikat kontrak untuk membeli/menjual valas pada tanggal tertentu di masa mendatang
d.      Transaksi lain untuk mendapatkan asset atau utang yang dinyatakan dalam valas.
·    Eksposur ekonomi/operasi Menaksir dampak perubahan kurs di masa mendatang terhadap operasi perusahaan dan posisi kompetitifnya terhadap perusahaan-perusahaan lain. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi langkah-langkah strategis yang dapat diambil perusahaan untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai perusahaan tersebut terhadap perubahan kurs yang tidak diduga. Eksposur ini bersifat subyektif karena adanya ketidakpastian yang lebih besar dari variabel-variabel ekonomi dalam jangka panjang.
3.  Akuntansi Untuk Fluktuasi Kurs Perusahaan yang terlibat dalam bisnis global menghadapi resiko terjadinya laba atau rugi dari fluktuasi kurs. Tetapi untuk memahi hal tersebut ada manfaat untuk membedakan antara transaksi asing dan transaksi valas karena tidak semua transaksi asing dinyatakan dalam valas, sehingga tidak setiap transaksi asing merupakan transaksi valas. Penting untuk dipahami bahwa terdapat perbedaan atara laba dan rugi transaksi dan laba dan rugi translasi. Laba dan rugi transaksi direalisasi dan mempengaruhi arus kas perusahaan. Dibandingkan dengan jumlah rupiah yang diterima seandainya dibayar tunai, jumlah tersebut dapat sama besar, lebih besar atau lebih kecil. Potensi inilah yang disebut eksposur transaksi. Perlakuan akuntansi terhadap laba dan rugi transaksi valas yaitu laba dan rugi tersebut harus dimasukkan ke dalam laporan hasil usaha dan mempengaruhi laba pada periode terjadinya laba dan rugi transaksi tersebut.
1)     Akuntansi Transaksi Valas Dalam transaksi valas salah satu isu akuntansinya adalah bagaimana transaksi tersebut harus dicatat dalam melaporkan valuta pada tanggal terjadinya transaksi dan pada saat penyelesaiaan. Dalam transaksi tunai, terdapat persetujuan umum bahwa transaksi harus dicatat dengan menggunakan kurs pada tanggal transaksi( spot exchange rate). Tetapi dalam transaksi kredit ada 2 lagi isu akuntansi yang muncul, salah satunya adalah bagaimana melaporkan penyesuaian kurs pada tanggal pelaporan keuangan. Ada 2 pandangan mengenai apakah transaksi harus dianggap sebagai sebuah transaksi tunggal atau 2 buah transaksi :
-          Pendekatan Transaksi Tunggal Pandangan yang digunakan adalah bahwa hanya ada satu transaksi ekonomi yang dicatat yaitu transaksi penjualan/pembelian. Sedangkan pelunasan utang atau penerimaan pelunasan piutang valas dianggap sebagai bagian esensial dari transaksi ekonomi untuk menjual atau membeli barang atau jasa.
-          Pendekatan Transaksi Ganda Dalam pendekatan ini utang dan piutang dianggap sebgai sebuah transaksi kedua yang berbeda atau terpisah dari transaksi asli yang berupa pembelian atau penjualan barang atau jasa. Dalam pendekatan ini manajemen tidak dapat memperkirakan besarnya kurs pada tanggal penyelesaian transaksi.
2)  Akuntansi Translasi Valas Pada transaksi kredit menimbulkan masalah mengenai bagaimana melaporkan perubahan kurs, antara kurs pada tanggal transaksi dan kurs pada tanggal penyelesaian. Ada 2 pendapat mengenai hal ini:
-          Pendapat pertama dilakukan penyesuaian. Alasannya : laporan keuangan harus mencerminkan kondisi keuangan pada tanggal transaksi atau tanggal penyesuaian.
-          Pendapat kedua, tidak dilakukan penyesuaian, kurs tanggal transaksi dan kurs tanggal neraca, seperti halnya dengan kurs pada tanggal transaksi adalah tidak nyata dan tidak direalisasi akan berubah menjadi  Ada 4 metode untukkurs nyata dan akan direalisasi pada tanggal penyelesaian.  menstralai valas yaitu:
a.       Metode Current Rate Pada metode ini semua item neraca ( kecuali modal)ditranslasi pada kurs sekarang, Sedangkan akun modal saham dan agio modal ditranslasi pada kurs historis. Pada metode ini laba dan rugi translasi valas tidak mempengaruhi laporan hasil usaha, serta tidak memperhatikan perbedaan sifat asset dan utang atau lama waktu atau durasi.
b.     Metode temporal Pada metode ini, basis pengukuran asset atau kewajiban menentukan besarnya kurs yang digunakan dalam translasi dan Sebagian besar pendapatan dan biaya ditranslasi dengan kurs rerata perode terkait. Metode ini dapat digunakan untuk setiap basis ukuran( kos historis, harga pengganti sekarang atau haraga pasar sekarang).
c.   Metode Current/ Non-Current Prinsip-prinsip yang mendasari adalah asset dan utang harus ditranslasi berdasarkan saat jatuh temponya. Serta berbasis pada klasifikasi aktifa dan utang yang sepenuhnya tidak berkaitan dengan pengaruh ekonomi dari fluktuasi kurs terhadap aktifa dan utang.
d.   Metode Moneter / Non-Moneter Semua item moneter sperti ( kas,utang dan piutang) pada neraca sebuah perusahaan anak diluar negeri ditranslasi pada tariff kurs sekarang, karena metode ini berpersepsi bahwa item-item tersebut terpengaruh oleh resiko kurs. Sebagian besar item laporan hasil usaha di translasi pada kurs rerata untuk periode tersebut.

Referensi Buku: Sunardi dan Nanang Sunyoto.2011.Akuntansi Internasional.Amara Book:Yogyakarta

Minggu, 06 April 2014

KONVERGENSI AKUNTANSI INTERNASIONAL



Apa IFRS itu?
IFRS (International Financial Reporting Standard) adalah standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh IASB (International AccountingStandard Board).
Konvergensi IFRS?
Pengertian konvergensi IFRS yang digunakan merupakan awal untuk memahami apakah penyimpangan dari PSAK harus diatur dalam standar akuntansi keuangan. Pendapat yang memahami konvergensi IFRS adalah full adoption menyatakan Indonesia harus mengadopsi penuh seluruh ketentuan dalam IFRS, termasuk penyimpangan dari IFRSs sebagaimana yang diatur dalam IAS 1 (2009): Presentation of Financial Statements paragraf 19-24. IFRS menekankan pada principle base dibandingkan rule base.
Tujuan akhir dari konvergensi IFRS adalah PSAK sama dengan IFRS tanpa adanya modifikasi sedikitpun. Di sisi lain, tanpa perlu mendefinisikan konvergensi IFRS itu sendiri, berdasarkan pengalaman konvergensi beberapa IFRS yang sudah dilakukan di Indonesia tidak dilakukan secara full adoption.
Sistem kepengurusan perusahaan di Indonesia yang memiliki dewan direksi dan dewan komisaris (dual board system) berpengaruh terhadap penentuan kapan peristiwa setelah tanggal neraca, sebagai contoh lain dari perbedaan antara PSAK dengan IFRS. Indonesia melalui Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) – Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sedang melakukan proses konvergensi IFRS dengan target penyelesaian tahun 2012. IFRS menekankan pada principle base dibandingkan rule base.
Indonesia akan mengadopsi IFRS secara penuh pada 2012, Strategi adopsi yang dilakukan untuk konvergensi ada dua macam, yaitu big bang strategy dan gradual strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus, tanpa melalui tahapan – tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh negara – negara maju. Sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi ini digunakan oleh negara – negara berkembang seperti Indonesia.
Sasaran Konvergensi IFRS tahun 2012, yaitu merevisi PSAK agar secara material sesuai dengan IFRS versi 1 Januari 2009 yang berlaku efektif tahun 2011/2012, Konvergensi IFRS di Indonesia dilakukan secara bertahap. Adapun manfaat yang diperoleh dari konvergensi IFRS adalah memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan SAK yang dikenal secara internasional, meningkatkan arus investasi global melalui transparansi, menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara global, menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.

Mengapa negara kita saat ini mengacu pada IFRS?
Alasannya adalah kita tidak bisa menolak arus globalisasi karena bagaimanapun juga agar negara kita dapat disetarakan dalam kegiatan perekonomian internasional, dan dalam pembuatan laporan keuangan yang dapat diakui secara internasional. Dapat dilihat dari semakin banyaknya investasi asing yang masuk ke Indonesia. Di mana kita harus siap bersaing dengan tenaga asing, khususnya akuntan luar negeri yang akan berdatangan sehubungan akan tingginya permintaan akuntan berstandar internasional. Secara tidak langsung negara kita pun tidak mau ketinggalan dalam bersaing oleh karena itu kita harus segera mengejar target konvergensi IFRS tersebut
Alasan perlunya konvergensi ke IFRS?
Dengan dilakukannya konvergensi PSAK ke IFRS maka :
1.      Mengurangi peran dari badan otoritas dan panduan terbatas pada industri-industri spesifik.
2.      Pendekatan terbesar pada subtansi atas transaksi dan evaluasi dimana merefleksikan realitas ekonomi yang ada.
3.      Peningkatan daya banding laporan keuangan dan memberikan informasi yang berkualitas di pasar modal internasional.
4.      Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi perbedaan dalam ketentuan pelaporan keuangan.
5.      Mengurangi biaya pelaporan keuangan bagi perusahaan multinasional dan biaya untuk analisis keuangan bagi para analis.
6.      Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju “best practise”.
Apa manfaat konvergensi IFRS?
Diantaranya adalah :
o    Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan Standar Akuntansi Keuangan yang dikenal secara internasional.
o    Meningkatkan arus investasi dlobal melalui transparansi.
o    Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara global.
o    Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
o    Meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan mengurangi kesempatan untuk melakukan earning management.


DISCLOSURE



Pengertian Disclosure
Kata Disclosure memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan. Apabila dikaitkan dengan data, Disclosure berarti memberikan data yang bermanfaat kepada pihak yang memerlukan. Jadi data tersebut harus benar-benar bermanfaat, karena apabila tidak bermanfaat, maka tujuan dari pengungkapan (Disclosure) tersebut tidak akan tercapai.
Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, Disclosure mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktifitas suatu unit usaha. Dengan demikian informasi yang diungkapkan harus jelas, lengkap dan dapat menggambarkan secara tepat mengenai kejadian-kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi unit usaha tersebut.
Tiga konsep pengungkapan yang umumnya diusulkan adalah sebagai berikut :
1. Pengungkapan yang cukup (Adequate)
Disclosure yang minimal harus ada sehingga ikhtisar-ikhtisar keuangan menjadi tidak menyesatkan.
2. Wajar (Fair Disclosure)
Tersirat tujuan-tujuan etis untuk memberikan perlakuan yang sama kepada semua pihak yang merupakan pembaca potensi pembaca potensial dari laporan keungan.
3. Lengkap (Full)
Berarti penyajian semua informasi yang relevan. Bagi beberapa pihak Full Disclosure berarti penyajian informasi secara berlebih-lebihan dan karenanya tidak tepat. Informasi yang berlebih-lebihan adalah berbahaya karena penyajian informasi dengan detail terlalu banyak justru akan menyembunyikan informasi yang penting dan membuat laporan keuangan menjadi sukar diinterpretasikan.
Yang paling umum digunakan dari ketiga konsep diatas adalah pengungkapan yang cukup (Adequate).
Pengungkapan (Disclosure) dalam Laporan Keuangan
Tujuan yang positif dari Disclosure adalah untuk memberikan informasi yang penting dan relevan kepada para pemakai laporan keuangan, sehingga dapat membantu mereka dalam membuat keputusan dengan cara yang terbaik. Ini berarti bahwa informasi yang tidak material atau relevan harus diabaikan apabila kita mengaharapkan bahwa informasi yang disajikan itu mempunyai makna dan dapat dimengerti.
Sejalan dengan tujuan dasar akuntansi, salah satu tujuan yang dicapainya adalah penyajian informasi yang cukup sehingga perbandingan dari hasil yang diharapkan dapat dilakukan. Kemungkinan membandingkan (comparability) dapat dicapai dengan dua cara, yaitu :
1. Dengan Penyajian Disclosure yang cukup mengenai bagaimana angka-angka akuntansi diukur dan dihitung.
2. Dengan memberikan kemungkinan kepada investor untuk melakukan rangkai dari berbagai masukan kedalam decision models-nya.
Laporan keuangan perusahaan ditujukan kepada pemegang saham, investor, dan kreditur. Disamping ketiga pihak tersebut, pengungkapan juga diberikan kepada pegawai, konsumen, pemerintah dan masyarakat umum, tetapi pihak-pihak ini dipandang sebagai penerima kedua dari laporan keuangan dan bentuk-bentuk lain pengungkapan.
Masalah yang berkaitan dengan seberapa banyak informasi perlu disajikan dalam laporan keuangan sangat dipengaruhi oleh tujuan pelaporan keuangan. Dalam SFAC No. 1 FASB (1980) menyebutkan bahwa tujuan pelaporan keuangan tidak terbatas pada isi dari laporan keuangan. Dengan kata lain cakupan pelaporan keuangan adalah lebih luas dibandingkan dengan laporan keuangan.
Tujuan pelaporan keuangan yang terdapat dalam SFAC No.1 adalah sebagai berikut :
• Pelaporan keuangan memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditor dan pemakai lainnya dalam mengambil keputusan investasi, kredit dan yang serupa lainnya secara rasional. Informasi tersebut bersifat komprehensif.
• Pelaporan keuangan memberikan informasi untuk membantu investor, kreditor dan pemakai lainnya dalam menilai jumlah, pengakuan dan ketidak pastian tentang penerimaan kas bersih yang berkaitan dengan perusahaan.
• Pelaporan keuangan memberikan informasi tentang sumber-sumber ekonomi suatu perusahaan, kalim terhadap sumber-sumber tersebut dan pengaruh transaksi, peristiwa, dan kondisi mengubah sumber-sumber ekonomi dan klaim terhadap sumber tersebut.
• Pelaporan keuangan menyediakan informasi tentang hasil usaha suatu perusahan selama periode tertentu.
• Pelaporan keuangan menyediakan informasi tentang bagaimana perusahaan memperoleh dan membelanjakan kas, pinjaman dan pembayarannya, transaksi modal, termasuk deviden dan distribusi lainnya terhadap sumber ekonomi perusahaan kepada pemilik serta faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi likuiditas dan solvensi perusahaan.
• Pelaporan keuangan menyediakan informasi tentang bagaimana manajemen perusahaan mempertanggungjawabkan pengelolaan kepada pemilik atas pemakain sumber ekonomi yang dipercayakan kepadanya.
• Pelaporan keuangan menyediakan informasi yang bermanfaat bagi manajer dan direktur sesuai kepentingan pemilik.
Dari tujuan pelaporan diatas apabila transaksi/peristiwa memenuhi kriteria tertentu, maka transaksi/peristiwa tersebut akan disajikan sebagai bagian dari laporan keuangan dasar (utama) yaitu, disajikan dalam Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Modal.
Kriteria untuk mengakui teransaksi atau peristiwa tertentu dalam laporan keuangan adalah sebagai berikut :
1. Definisi (Definition)
Suatu pos akan masuk dalam struktur akuntansi apabila memenuhi definisi elemen laporan keuangan.
2. Keterukuran (Measurability)
Suatu pos harus memiliki makna tertentu yang relevan dan dapat diukur jumlahnya dengan reliabilitas yang tinggi.
3. Relevansi (Relevance)
Informasi yang terdapat dalam pos tersebut memiliki kemampuan untuk membuat suatu perbedaan dalam keputusan yang diambil pemakai laporan keuangan.
4. Reliabilitas (ReliabilityI)
Informasi yang dihasilkan harus sesuai dengan keadaan yang digambarkan atau direpresentasikan serta dapat diuji kebenarannya (verifiable) dan netral.

Informasi-Informasi Yang Diungkapkan Dalam Laporan Kueangan
Apabila suatu transaksi/peristiwa tertentu tudak dapat dimasukkan sebagai bagian dari Laporan Keuangan Utama, maka transaksi/peristiwa tersebut dapat diungkapkan melalui cara lain.
Pengungkapan Data Kuantitatif
Dalam memilih kriteria untuk menentukkan data kuantitatif yang material dan relevan untuk investor dan kreditor, tekanannya ditujukkan pada informasi keuangan atau data lainnya yang bisa dipergunakan dalam model keputusan. Penelitian dalam akuntansi harus lebih dipusatkan pada metode pengukuran dan pelaporan probabilitas data dari pada jumlah-jumlah yang deterministik. Namun demikian, pemakai laporan keuangan yang telah memperoleh informasi, pada umumnya mengandalkan pada beberapa pos dalam laporan keuangan dan memperoleh berbagai pengungkapan yang lebih lengkap jika asumsi-asumsinya tersebut tidak benar.
Selain data kuantitatif yang biasanya disajikan dalam laporan keuangan konvensional, berbagai pihak melihat bahwa penyajian yang lebih rinci mengenai beberapa segmen badan usaha (seperti diversifikasi produk atau geografis dari pertumbuhan normal) atau dari merger-merger dalam perkembangan perusahaan konglomerat dianggap banyak memberikan manfaat. Selain itu tekanan dari pemakai laporan keuangan yang menghendaki pelaporan ramalan keuangan mulai muncul.
Meskipun ramalan-ramalan yang akurat pada titik siklus ekonomi dapat membantu para investor, publikasi mengenai ramalan manajemen secara teratur dapat membantu pengambilan keputusan investasi.
Dengan adanya publikasi ramalan informasi akuntansi keuangan dan informasi lain yang berkaitan dengan perusahaan, diharapkan pemakai ramalan dapat mengevaluasi keuadaan informasi mengenai industri dan juga asumsi mengenai perubahan-perubahan dalam kondisi ekonomi.
Pengungkapan Informasi Kualitatif
Informasi yang tidak dapat dinyatakan dalam satuan moneter lebih sulit dievaluasi dari segi materailitas dan relevannya. Oleh karena itu seringkali informasi tersebut akan diberi bobot yang beragam oleh mereka yang menggunakan informasi tersebut dalam pengambilan keputusan.
Relevansi dari jenis informasi kualitatif tertentu dapat ditetapkan dari relevansi data kuantitatif yang berkaitan dengannya. Informasi kualitatif akan relevan dan bermanfaat untuk diungkpakan bila informasi tersebut berguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi dikatakan relevan bila informasi yang bersangkutan dapat menambah nilai informasi secara keseluruhan dan bukan sebaliknya justru mengurangi nilai dengan penyajian katerangan yang terlalu rinci sehingga sulit dianalisis.
Pada umunya terdapat lima macam informasi kualitatif yang perlu diungkapkan terhadap setiap pos dan jumlah yang tercantum dalam laporan keuangan, yaitu :
1. Ketidakpastian (Contigencies)
Yaitu peristiwa-peristiwa yang kemungkinan akan terjadi di masa yang akan datang dan mempengaruhi secara material terhadap keadaan keuangan perusahaan. Unsur-unsur ketidakpastian tentang suatu transaksi yang kemungkinan akan terjadi dapat menimbulkan keuntungan atau kerugian.
Unsur ketidakpastian yang menimbulkan suatu keuntungan, dapat meliputi semua klaim atau hak yang terjadinya belum dapat dipastikan tetapi ada kemungkinan akan menjadi hak milik perusahaan yang sah. Sehingga ketidakpastian yang menimbulkan keutungan ini tidak dicatat sampai dengan transaksi tersebut benar-benar terjadi. Dan dapat diungkapkan sebagai informasi tambahan dari neraca, apabila tingkat kepastiannya cukup besar.
Sebaliknya kemungkinan timbulnya suatu kerugian harus diakui/dicatat dengan dibebankan kepada laba (rugi) periodik dan mengakuinya sebagai hutang. Kadang-kadang suatu kerugian di masa yang akan datang hanya merupakan suatu kemungkinan yang bisa terjadi dan tidak sebagai satu-satunya kemungkinan sehingga adanya suatu hutang (kewajiban) tidak perlu dicatat.
2. Dasar Penilaian dan Kebijakan Akuntansi
Pengungkapan tentang dasar atau metode penilaian yang digunakan perusahaan seperti, metode penilaian persediaan perlu diungkapkan dalam laporan keuangan.
3. Perubahan Akuntansi
Yaitu pengungkapan terhadap perubahan atas kebijakan yang digunakan perusahaan seperti perubahan metode penilaian persediaan dari FIFO menjadi LIFO dan sebagainya.
4. Keterikatan dengan Suatu Perjanjian atau Kontrak
Yaitu pengungkapan mengenai adanya pembatasan-pembatasan atau keterikatan dari satu atau lebih aktiva terhadap hutang/kontrak
5. Peristiwa-Peristiwa Kemudian Setelah Tanggal Neraca
Penjelasan tentang suatu kejadian/peristiwa yang (telah terjadi sesudah tanggal neraca) tetapi sebelum laporan keuangan dipublikasikan merupakan informasi penting yang perlu diungkapkan.
Peritiwa yang terjadi setelah tanggal neraca dan sebelum laporan keuangan dipublikasikan antara lain :
a) Peristiwa yang mempengaruhi secara langsung jumlah elemen yang disajikan dalam laporan keuangan.
Peristiwa ini muncul karena pengetahuan yang tidak lengkap selama periode akuntansi dan hasil dari perubahan-perubahan dalam penilaian estimasi baru diperoleh setelah tanggal neraca.
b) Peristiwa yang dapat mengubah secara material validitas penilaian neraca atau hubungan diantara pemegang saham atau yang secara material validitas mempengaruhi manfaat kegiatan yang dilaporkan tahun sebelumnya sebagai prediksi periode berjalan.
Peristiwa ini tidak secara langsung mempengaruhi laporan keuangan periode sebelumnya tetapi dapat mempengaruhi keputusan yang diambil atas dasar laporan tersebut.
c) Kejadian-kejadian yang mungkin mempengaruhi secara material operasi atau penilaian di masa yang akan datang.
Kejadian-kejadian ini memiliki pengaruh yang tidak diketahui atau tidak pasti terhadap pendapatan dan penilaian di masa yang akan datang.
Metode Pengungkapan (Disclosure)
Pengungkapan meliputi keseluruhan proses pelaporan. Namun demikian ada beberapa metode yang berbeda dalam mengungkapkan informasi yang dianggap penting. Pemilihan metode yang terbaik dari pengungkapan pada setiap kasus tergantuing pada sifat informasi yang bersangkutan dan kepentingan relatifnya. Metode yang umum digunakan dalam pengungkapan informasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Bentuk dan susunan laporan yang formal.
2) Terminologi dan penyajian yang terperinci.
3) Informasi sisipan.
4) Catatan kaki.
5) Ikhtisar tambahan dan skedul-skedul.
6) Komentar dalam laporan auditor.
7) Pernyataan Direktur Utama atau Ketua Dewan Komissris.

Hubungan Disclosure dengan Stewardship

Manajemen perusahaan bertanggungjawab (stewardship) atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertnggungjawabkan (stewardship) tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh pemilik peruisahaan.
Agar pembaca laporan keuangan memperoleh gambaran yang jelas maka laporan keuangan yang disusun harus berdasarkan pada prinsip akuntansi yang lazim. Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas dan arus kas perubahan dengan menerapkan PSAK secara benar diserta pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam catatan atas laporan keuangan.
Manajemen memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi agar laporan keuangan memenuhi ketentuan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jika belum diatur dalam PSAK, maka manajemen harus menetapkan kebijakan untuk memastikan bahwa laporan keuangan menyajikan informasi :
1) Relevan terhadap kebutuhan pengguna laporan untuk pengambilan keputusan.
2) Dapat diandalkan, dengan pengertian :
a. Mencerminkan kejujuran penyajian hasil dan posisi keuangan perusahaan.
b. Menggambarkan substansi ekonomi dari suatu kejadian atau transaksi dan tidak semata-mata bentuk hukumnya saja.
c. Netral yaitu bebas dari keberpihakkan.
d. Mencerminkan kehatian-hatian.
e. Mencakup semua hal yang material.
Laporan keuangan harus disusun berdasarkan asumsi kelangsungan usaha. Manajemen bertanggung jawab untuk mempertimbangkan apakah asumsi kelangsungan usaha masih layak digunakan dalam menyiapkan laporan keuangan atau tidak. Dalam mempertimbangkan asumsi kelangsungan usha tersbut, manajemen memperhatikan semua informasi masa depan yang relevan paling sedikit untuk jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca.
Manfaat suatu laporan keuangan akan berkurang jika laporan tersebut tidak tersedia tepat pada waktunya. Suatu perusahaan sebaiknya mengeluarkan laporan keuangannya peling lama 4 bulan setelah tanggal neraca. Faktor-faktor seperti kompleksitas operasi perusahaan tidak cukup menjadi pembenaran atas ketidakmampuan perusahaan menyediakan laporan keuangan tepat waktu.